perbedaan زوجة (istri) dan امرأة (istri) dalam Al Qur’an
Salah satu kelebihan bahasa ‘arab adalah pemilihan kata yang sangat selektif untuk menggambarkan kondisi, waktu, bahkan karakter manusia. satu kata bisa memuat banyak makna dan itulah suatu kewajaran di tengah para Imam Mazhab besar kadang berbeda-beda dalam menggali hukum karena perbedaan pemahaman dalam memahami bahasa ‘arab.
ada yang menarik, dalam Al Qur’an pemilihan untuk lafadz istri pun sangat selektif.
kita pasti mengenal seorang perempuan bernama Aisiyah binti Muzahim? beliau adalah istri dari Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya yakni Fir’aun.
kitapun pasti sangat mengenal istri-istri Rasulullah saw yang kualitas keimanannya tidak perlu diragukan lagi, kepribadiannya yang bersahaja dan setia menemani perjuangan da’wah Rasulullah saw salah satunya adalah Ummul Mukminin khadijah r.a.
perbedaan Aisiyah dan khadijah r.a. hanya terletak pada sosok suaminya. yang satu (fir’aun) dengan kepercayaan dirinya yang rendah mengaku kalau dia tuhan. yang satu lagi Muhammad sebagai seorang khalil (kekasih) dari Allah ‘azza wa jalla. namun kedua-duanya merupkan wanita utama baik di dunia dan akhirat.
“Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid.” (HR. Bukhari Muslim)
“Lelaki yang sempurna banyak, tetapi tidak demikian halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Dan sesungguhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti keutamaan tsarid (lauk yang berminyak) atas makanan lainnya.” (HR. Bukhari)
dalam Al Qur’an sendiri untuk Aisiyah digunakan lafadz امرأة (istri) seperti dalam Surat At Tahrim ayat 11
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
coba perhatikan Allah menggunakan lafadz امْرَأَةَ berbeda dengan penyebutan bagi istri-istri Rasulullah saw dalam surat Al Ahzab ayat 6
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلا
أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
Allah menggunakan زوجة untuk istri-istri Nabi Muhammad saw.
Dua lafadz tersebut maknanya dalam bahasa ‘arab sangat berbeda, kata imra’at (امرأة), dijelskan karena ada ketidaksesuaian dan ketidakserasian di antara mereka. oleh karena itu Al-Qur’an mengggunakan kata (فرعون امرأت). Itu antara lain karena di antara Firaun dan istrinya itu tidak terdapat kesesuaian yang sempurna. Firaun tidak beriman kepada Allah, bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan, sedang istrinya memilih untuk beriman kepada Allah dan kepada ajaran yang dibawa oleh Musa a.s.sangat luar biasa , semoga kita semakin mencintai bahasa ‘arab dan selalu belajar. Allahu a’lam
Adapun zauj, (زوج) lafadz ini dalam al Qur’an hanya ditampilkan dalam kontek kehidupan suami istri yang penuh kasih sayang dan memiliki keturunan, dalam kamus lisan al ‘arab, imam Ibnu Mandzhur menyebutkan: az-zawj khilâf al-fard. Kata zawj atau azwâj yang digunakan di dalam Al-Qur’an lebih menunjukkan kepada pasangan yang mempunyai keterikatan begitu kuat dan sempurna. Keduanya dapat dikatakan sebaya, serasi, saling berkesesuaian, menganut Dien atau aqidah yang sama, mempunyai kejiwaan yang kurang lebih sama, dan seterusnya.
Komentar
Posting Komentar